BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
adalah sesuatu yang sangat essensial bagi manusia. Melalui pendidikan manusia
bisa belajar menghadapi alam sesmesta demi mempertahankan kehidupannya. Karena
pentingnya pendidikan islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang penting
dan tinggi dalam doktrin islam.
Adapun Masa
berkembang pesatnya kebudayaan Islam, ditandai dengan berkembang luasnya
lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal serta
universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaanIslam. Lembaga-lembaga pendidikan,
sekolah – sekolah dan universitas –universitas tersebut nampak sangat dominan
pengaruhnya dalam membentuk polakehidupan dan pola budaya kaum muslimin.
Berbagai ilmu pengetahuan yangberkembang melalui lembaga pendidikan itu
menghasilkan pembentukan danpengembangan berbagai macam aspek budaya kaum
muslimin. Jika masa sebelumnya, pendidikan hanya sebagai jawaban terhadap
tantangan dari pola budaya yang telah berkembang dari bangsa – bangsa baru yang
memeluk agama Islam, akan tetapi sekarang harus merupakan jawaban terhadap
tantangan perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam sendiri yang tumbuh sangat
pesat.
Kebudayaan Islam telah berkembang demikian
cepatnya sehingga menjadi unggul dan bahkan menjadi puncak kebudayaan umat
manusia pada zaman itu. Kebudayaan Islam pada masa ini, bukan saja mendatangkan
kesejahteraan bagi kaum muslimin, tetapi juga mendatangkan kesejahteraan bagi
umat manusia pada umumnya, mendatangkan rahmatan lil’aalamin.
Oleh karena itu dengan adanya alasan diatas
maka penulis mengambil judul makalah yaitu
“Kejayaan Pendidikan Islam”.
B. Rumusan
Masalah
1. Jelaskan
Latar Belakang Sosial Politik Kejayaan Pendidikan Islam ?
2. Jelaskan
Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dan Berdirinya Madrasah-madrasah ?
3. Sebutkan Ilmuwan (Sarjana-sarajana) Pendidikan
Islam ?
4. Jelaskan
Bagaimana Pendidikan Wanita Pada Masa Kejayaan Pendidikan Islam
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui Latar Belakang Sosial Politik Kejayaan Pendidikan Islam
2. Untuk
mengetahui Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dan Berdirinya
Madrasah-madrasah
3. Untuk Mengetahui
Ilmuwan (Sarjana-sarajana) Pendidikan Islam
4. Untuk Mengetahui
bagaimana Pendidikan Wanita Pada Masa Kejayaan Pendidikan Islam
D. Manfaat
Manfaat
dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui latar belakang sosial politik
kejayaan pendidikan islam, perkembangan lembaga pendidikan islan dan berdirinya
madrasah-madrasah, mengetahui ilmuwan (sarjana-sarajana) pendidikan islam, dan
mengetahui pendidikan wanita.
BAB II
PEMBAHASAN/ISI
A.
Latar Belakang Sosial Politik Pendidikan Islam
Pendidikan sebagai suatu sistem, tidak bisa
dipisahkan dari kondisi politik. Antara politik dan pendidikan islam terjalin
hubungan erat. Berubah-ubahnya kebijaksanaan politik dapat mempengaruhi
pelaksanaan pendidikan islam.
Adapun pendidikan islam yang mencapai masa
tunas pada masa Dinasti Umaiyyah, dan dapat mencapai kemajuan setelah
dinasti Bani Abbas menjatuhkan dinasti
Umaiyyah. Kemajuan pendidikan islam terus meningkat setelah Bani Abbas
mengambil kebijaksanaan dengan mengangkat orang-orang persia yang telah
memiliki kemajuan keilmuan menjadi pejabat-pejabat istana. Orang-orang persia
yang telah lama bersentuhan dengan filsafat dan ilmu pengetahuan hellenisme
(sebutan untuk masa yang dianggapnya sebagai periode peralihan antara yunani
kuno dan dunia kristen) mempengaruhi umat islam untuk belajar dan mengembangkan
pemikiran islam. Lebih-lebih lagi disaat Bani Abbas mengendalikan aliran
Mu’tazilah yang berpikiran rasiona, pendidikan islam mencapai masa keemasan. Di
masa ini pemikiran islam mencapai puncak kejayaannya. Filsafat islam, ilmu
penggetahuan, dan pemikiran islam maju pesat sehingga islam menjadi pusat
keilmuan yang tak tertandingi di dunia dan filsafat serta ilmu pengetahuaannya
menjadi kiblat dunia waktu itu.[1]
B.
Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dan
Berdirinya Madrasah
1.
Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang
kemudian dikenalsebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sebenarnya
telah berkembang lembaga–lembaga pendidikan Islam yang bersifat non formal.
Lembaga–lembaga ini berkembang terus dan bahkan bersamaan dengan tumbuh dan
berkembangnya bentuk – bentuk lembaga pendidikan non formal yang semakin luas.
Diantara lembaga – lembaga pendidikan Islam yang bercorak non formal tersebut
adalah :
a.
Kuttab
sebagai lembaga pendidikan dasar
Kuttab atau maktab, berasal dari kata dasar
kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Jadi katab adalah tempat
belajar menulis. Diantara penduduk Mekkah yang mula – mula belajar menulis
huruf arab adalah sufyan Ibnu Umayyah Ibnu Abdu Syams, dan Abu Qais Ibnu Abdi
Manaf Ibnu zuhroh Ibnu Kilat. Keduanya mempelajarinya di negeri Hirah. Sewaktu
agama Islam diturunkan Allah sudah ada di antara para sahabat yang pandai tulis
dan membaca.ayat alquran yang pertama diturunkan adalah memerintahkan untuk
membaca dan memberikan gambaran bahwa kepandaian membaca dan menulis merupakan
sarana utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam pandangan Islam. Karena tulis baca semakin terasa perlu maka khuttab
sebagai tempat belajar tulis membaca terutama bagi anak-anak berkembang dengan
pesat. Pada mulanya kuttab dilaksanakan dirumah-rumah, guru-guru yang
bersangkutan dan diajarkan adalah menulis dan membaca. Kemudian pada akhir abad
pertama hijriah mulai timbul jenis kuttab yang disamping memberikan pelajaran
menulis dan membaca juga mengajarkan membaca alquran dan pokok-pokok ajaran
agama. Selanjutnya, berkembang kuttab tersebut manjadi lembaga pandidikan dasar
yang bersifat formal yang mengajarkan ilmu bacaan, hitungan, tulisan, dan
tempat para remaja belajara dasar-dasar ilmu agama fiqih, hadis, dan bahasa.
b.
Pendidikan rendah di istana
Timbulnya pendidikan rendah di isatana untuk
anak-anak para pejabat adalah berdasarkan pemikiran bahwa pedidikan itu harus
bersifat menyiapkan anak didik agar mampu melaksanakan tugas-tuganya kelak
setelah ia dewasa. Olek karena itu mereka memanggil guru-guru khusus pad
anak-anak mereka. Pendidikan di istanberbeda dengan pendidikan anak-anak di kuttab
pada umumnya. Istana, orang tua yang membuat rencana pembelajaran agarselaras
dengan anaknya dan tujuan yang dihendaki orang tua tercapai. Guru yang mengajar
di istana disebut mu’addib, kar ena berfungsi mendidik budi pengerti dan
mewariskan kecerdasan, pengetahuan-pengetahuan orang-orang terdahulu kepada
anak pejabat.
c. Toko-toko kitab
Pada permulaan daulat abbasiah, di mana ilmu
pengetahuan dan kebuadayaan islam sudah tumbuh dan berkembang yang diikuti oleh
penulisan kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan maka berdirilah
tokotoko kitab. Saudagar-saudagar buku itu bukanlah semata-semata mencari
keuntungan akan tetapi kebanyakan mereka sastrawa-sastrawan yang telah memilih
usaha sebagai pedagang kita agar mereka dapat kesempatan yang baik untuk
membaca, menelaah dan bergaul dengan para ulama dan para pujangga. Dengan
demikian toko-toko kitab berkembang fungsinya sebagai tempat berkumpulnya para
ulama dan ahli ilmu untuk berdiskusi, berdebat dalam berbagai masalah ilmiah.
Jadi segalikus sebagi lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan.
d. Rumah-rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan)
Walaupun sebenarnya rumah bukanlah tempat yang
baik untu memberikan pelajaran namun pada zaman kejayaan perkembanga ilmu
pengetahuan, kebudayaan islam banyak juga rumah para ulama di jadikan tempat
belajar dan perkembangan ilmu pengetahuan di antaranya : Rumah Ibnu Sina,
Algazali, Ali Ibnu Muhammad Fasihi, Ya’kub Ibnu Killis, Wazir khalifah Al Aziz
dan lain-lain.
e.
Majelis
atau salon kesusastraan
Majlis maksudnya adalah suatu majelis khusus
yang diadakan khalifah untuk membahas macam-macan ilmu pengetahuan. Majelis ini
bermula sejak khalifah al rasyidin. Pada harun alrasid (170-193 hijriyah)
majlis sastra ini mengalami kemajuan yang luar bisaa karena khalifah sendiri
adalah ahli ilmu pengetahuan dan juga mempunyai kecerdasan sehingga khalifah
aktif didalamnya. Di samping itu pada masa tersebut dunia islam diwarnai oleh
perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masanya sering di adakan pelombaan antar
ahli-ahli syair, perdebatan antar fuqaha, dan diskusi diantara para sarjana
berbagi macan ilmu pengetahuan, juga diad akan sayembara diantara ahli kesenian
dan pujangga.
f.
Badiah
(padang pasir, dusun tempat tinggal badwi).
Di badiah-badiah tempat tinggal orang-orang
arab dipadang mereka, tetap memperthankan keaslian, kemurnian bahasa arab. oleh
karena itu khalifah mengirim anak-anaknya ke badiah-badiah untuk mempelajari
bahasa arab yang fasih lagi murni dan syair-syair dari sumbernya yang asli. Banyak
ulama dan ahli ilmu pengetahuan lainnya yang pergi ke badiah-badiah denga
tujuan untuk mempelajari bahasa dan kesusastraan arab yang asli dan murni
diantaranya:
1. Al Khalid Bin Ahmad (160 H) dia pergi
kebadiah Hijaz, najd, dan tihamah.
2. Bajar
Bin Burd (167 H) ia belajar kepada 80 orang Syekh di Banil Aqil.
3. Al Kasai (182 H) ia belajar di badiah dan
menghabiskan 15 botol tinta untuk menulis tentang arab
4. Imam
Syafi’i (204 H) ia belajar di hudzail selama 17 tahun.
Badiah-badiah
tersebut lalu menjadi sumber ilmu pengetahuan dan berfungsi sebagai lembaga
pendidikan islam.
g. Rumah Sakit.
Rumah
sakit bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang-orang
sakit tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan
pengobatan. Mereka mengadakan berbagai penelitian dan percobaan dalam bidang
kedokteran dan obat-obatan sehingga berkembang dalam kedokteran dan farmasi.
Dengan demikian rumah sakit dalam dunia islam juga berfungsi sebagai lembaga
pendidikan.
h. Perpustakaan
Buku merupakan sumber informasi berbagai macam
ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikembangkan oleh para ahlinya. Buku adalah
sarana utama dalam usaha pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan.
Berkembangnya perpustakaan yang sifatnya umum yang diselenggarakan oleh
pemerintah atau merupakan wakap dari para ulama dan sarjana.
Perpustakaan-perpustakaan pada masa jayanya dunia islam menjadi aspek budaya
yang penting dan sekaligus sebagai tempat belajar dan pengembangan ilmu
pengetahuan.:
i.
Masjid
Semenjak berdirinya di zaman Nabi Muham mad
masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan
kaum muslimin, masjid menjadi tempat musyawarah, mengadili perkara,
menyampaikan penerangan agama, dan tempat menyelenggarakan pendidikan. Kemudian
pada masa khalifah umayyah berkembang fungsinya menjadi tempat pengembangan
ilmu pengetahuan, terutama yang bersifat keagamaan. Pada masa bani Abbas dan
masa perkembangan kebudayaan islam, masjid-masjid yang didirikan oleh para
pengusaha dilengkapi dengan sarana dan fasilitas pendidikan fungsinya tempat
pendidikan anak-anak, tempat mengaji dari ulama-ulama tempat diskusi dan
munazarah dalam berbagai ilmu pengetahuan dan dilengkapi dengan perpustakaan.
Demikianlah masjid selalu fungsi utamanya sebagai tempat komunikasi dengan
tuhan juga sebagai lembaga pendidikan islam.
2.
Faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya
sekolah-sekolah di luar masjid sehingga memunculkan Berdirinya Madrasah
Sebenarnya
timbulnya lembaga pendidikan formal dalam bentuk sekolah-sekolah dalam dunia
islam, adalah merupakan pengembangan semata-mata dari sistem pengajaran dan
pendidikan yang telah berlangsung di masjid-masjid, yang sejak awal telah
berkembang dan dilengkapi dengan sarana-sarana untuk memperlancar pendidikan
dan pengajaran di dalamnya.
Adapun
diantara faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah di luar
masjid adalah bahwa :
Ø Khalaqah-khalaqah (lingkaran) untuk mengajarkan
berbagai ilmu pengetahuan. Yang didalamnya juga terjadi diskusi dan perdebatan
yang ramai, sering satu sama lain saling mengganggu, di samping mengganggu,
orang-orang yang beribadah dalam masjid. Keadaan demikian mendorong untuk
dipindahkannya khalaqah-khalaqoh tersebut keluar lingkaran masjid dan didirikan
bangunan-bangunan sebagai ruang-ruang kuliah atau kelas-kelas tersendiri.dengan
demikian kegiatan pengajaran dari khalaqoh-khalaqoh tidak saling mengganggu
satu sama lain.
Ø Dengan berkembang luasnya ilmu pengetahuan,
baik mengenai agama maupun umum maka diperlukan semakin banyak khalaqah
khalaqah (lingkaran pengajaran ),yang tidak mungkin keseluruhan tertampung
dalam ruang masjid. Di samping itu terdapat faktor-faktor lainnya, yang
mendorong bagi para penguasa dan pemegang pemerintahan pada masa itu untuk
mendirikan sekolah-sekolah sebagai bangunan yang terpisah dari masjid antara
lain:
a) Pada masa Turki mulai berpengaruh dalam
pemrintahan bani abbasiyah, dan untuk memprtahankan kedudukan mereka dan
pemerintahan, mereka berusaha menarik hatikaum muslimin pada umumnya dengan
jalan memperhatikan pendidikan dan pengajaran bagi rakyat umum.
b)
Mereka mendirikan sekolah-sekolah diberbagai tempat dan dilengkapi dengan
segala sarana dan fasilitas yang diperlukan. Mereka mendirikannya disamping
dengan harapan untuk mendapatkan simpati dari umumnya dan juga berharap
mendapat ampunan pahala dari tuhan.
c) Para
pembesar Negara pada masa itu dengan kekuasaannya telah berhasil mengumpulkan
harta kekayaan yang banyak. Mereka kuatir kalau nantinya kekayaan tersebut
tidak bisa diwariskan kepada anak-anaknya kaerna diambil oleh sultan, anak-anak
mereka hidup terlantar dan hidup dalam kemiskinan. Di samping itu, didirikannya
madrasah-madrasah tersebut ada hubungannya dengan usaha untuk mempertahankan
dan mengembangakan aliran keagamaan dari para
pembesar Negara yang bersangkutan. Dalam mendirikan sekolah ini, mereka
mempersyaratkan harus diajarkan aliran agama tertentu, dan dengan demikian
aliran keagamaan tersebut akan berkembanga dalam masyarakat. Adapun lembaga
pendidikan formal :
a.
Madrasah Nizamiah
didirikan oleh Nizam Al Mulk, perdana menteri
saljuk pada madrasah besar, diantaranya Baghdad, Balkh, Naidabur, Harat,
Asfahan, Basran, Marw, dan Masul. Tetapi madrasah Nizamiah Baghdad adalah
madrasah terbesar dan terpenting. Tujuan Nizam Al Mulk mendirikan madrasah-madrasah
itu adalah memperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan madzhab
keagamaan pemerintahan. Guru-guru madrasah ini
diantaranya Abu Ishaq As Syiraji (guru tetap), Abu Nasr As Sabagh, Abu
Qasim Al’alawi, Abu Abdullah Al-thabari, Abu Hamid Al Ghazali, Radliyudin Al
Kazwaeni dan Al Fairuz Abadi. Rencana pengajaran adalah ilmu syari’ah dan ilmu
fiqh dalam 4 madzhab.[2]
b.
Madrasah
nuruddin zinki
didirikan oleh nuruddin zinki di damaskus.
Madrasah yang didirikan yaitu madrasah An Nuriyah Al Qubra di Damaskus (563 H).
Gedung madrasah terdiri dari diwan (aula tempat kuliah), masjid, tempat
istirahat untuk guru, asrama, tempat tinggal pesuruh madrasah, kamar kecil dan
lapangan. Ilmu-ilmu yang di ajarkan yaitu ilmu al qur’an, syari’ah, bahasa
arab, kedokteran, dan ilmu pasti.
c. Perguruan Tinggi
Ø Baitul Hikmah di Baghdad, didirikan pada masa
harun Al-Rasyid (170-193 H). kemudian di perbesar oleh khalifah Al-ma’mun
(198-218). Pada Baitul Hikmah bukan saja di ajarkan ilmu-ilmu agama islam,
tetapi juga ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu alam, kimia, falaq, dan
lain-lain. Guru besar Baitul Hikmah adalah salam, yang menguraikan teori-teori
ilmu pasti dalam al Maj’sthi (almageste) kitab karangan bathlimus (ptolemee).
Kemudian guru besar al khawarizmi, ahli ilmu pasti, ahli falaq, dan pencipta
ilmu aljabar. Guru besar Muhammad bin musa bin syakir, seorang ahli ilmu ukur,
ilmu bintangdan falaq. Di Baitul Hikmah dikumpulkan buku-buku ilmu pengetahuan
dalam bermacam-macam bahasaseperti bahasa Arab, Yunani, Suryani, Persia, India,
dan Qibtia.
Ø Darul Ilmi di Kairo. Didirikan oleh al Hakim
Biamrillah Al Fathimi dipinggir sungai nil untuk menyaingi Baitul Hikmah di
Baghdad.ilmu yang di ajarkan diantaranya: ilmu agama, falaq, kedokteran, dan
berhitung.[3]
C.
Ilmuwan (sarjana-sarjana) Pendidikan Islam
Zaman keemasan atau kejayaan pendidikan islam
terjadi pada masa dinasti Abbasiyah, karena dalam masa tersebut berbagai ilmu
pengetahuan telah matang, pertumbuhannya telah sempurna. Adapun nama-nama para
ilmuwan diantaranya adalah sebagai berikut :
Ø Para
ilmuwan bidang ilmu filsafat
a. Al Kindi
(194-260 H/ 809-875 M), buku karangannya sebanyak 236 judul
b. Al
Farabi (Al Farobius) wafat tahun 390 H/ 916 M), karangannya yang masih ada
tinggal 12 judul
c. Ibnu
Bajah (wafat tahun 523 H)
d. Ibnu
Tufail (wafat tahun 581 H)
e. Ibnu
Sina (370-428 H/ 980-1037 M) orang eropa menyebutnya Avicena. Disamping seorang
filosof dia juga seorang ahli musik. Diantaranya karangannya yang terkenal
yaitu : Najat, Qonun, Al Qonun fi ath-Thib, Shafa 18 jilid, Sadidiya 5 jilid,
Danas Nameh, Majmul Hikmah 10 jilid.
f. Al
Ghazali (450-50 H/ 1058-1101 M), ia digelari sebagai hujjatul islam, buku
karangannya berjumlah 30 judul, karangannya diantaranya adalah : Tafsir Urjuza,
Al Wajiz, Mahkun Nazar, Miyazul Ilmi, Maqasidul Falasafiyah.
g. Ibnu
Rusyd (520-595 H/ 1126-1198 M), di barat namanya dikenal Oveous, buku
karangannya yang dikenal diantaranya adalah : Mabadiul Falasafiyah, Kulliyat,
Kasful Afillah, Kitab dogma-dogma lainnya.
Ø Bidang Kedokteran
a. Jabir
Ibnu Hayyan (wafat tahun 161 H/ 778 M), Sebagai Bapak Ilmu Kimia
b. Husai
bin Ishaq (194-264 H/ 836-901 M), ahli mata yang terkenal
c. Tabib
Ibn Qurra (221-228 H/ 836-901 M)
d. Ar Raji
(251-313 H/ 809-873 M).
Ø Bidang
Matematika
Para ahli ilmu bidang matematika salah satunya
adalah Al Khawarizmi, penemu angka nol. Muhammad Ibn Musa Al Khawarizmi adalah
seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari
persia. Lahir sekitar tahun 780 di khawarizm (sekarang khiva, uzbekistan) dan
wafat sekitar tahun 850. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di
sekolah kehormatan di Baghdad. Buku pertamanya adalah Al Jabar, sehinnga ia
dijuluki Bapak Aljabar.
Ø Bidang seni
ukir
Beberapa seniman seni ukir terkenal antara lain
Badr dan Tarrif. Dalam bidang ini umat islam cukup terkenal dengan hasil
seninya pada botol tinta, papan catur, payung, vas, burung-burungan,
pohon-pohonan. [4]
D. Pendidikan
Wanita
Sebenarnya
islam tidark membedakan antara wanita dan laki-laki dalam pendidikan. Islam
memberikan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuandalam menuntut
ilmu.
Dalam
sistem pendidika islam masa klasik diadakan pemisahan antara kelas wanita dan
laki-laki. Pengajaran untuk wanita diadakan secara terpisah dengan siswa
laki-laki dan biasanya diselenggarakan di rumah – rumah. Maka dari itu,
pengajaran bagi wanita secara formal jumlahnya sangat sedikit dibandingkan
dengan pengajaran untuk siswa laki-laki.
Amad
Syalabi tidak mengingkari adanya pengajaran untuk wanita dan anak-anak
perempuan. Namun, ia menolak adanya pengajaran anak-anak perempuan secara
terbuka dan terlibat langsung dengan murid laki-laki. Menurutnya bahwa wanita
biasanya menerima pelajaran di rumah dari salah seorang anggota keluarga atau
dari seorang guru yang khusus didatangkan untuk mereka. Bagaimanapun juga,
pendidikan secara pribadi itu telah berhasil melahirkan perempuan-perempuan
islam, yang kecerdasan mereka tidak jauh berbeda dengan kecerdasan laki-laki.
Dengan
demikian jelaslah bahwa pperempuan juga mendapatkan pendidikan dan pengajaran
sama seperti laki-laki sehingga lahirlah orang-orang yang berintelektual dari
kalangan perempuan diantaranya :
Ø Khadijah
binti Khuwailid, seorang ummul mukminin dan saudagar terdidik yang selalu
mendampingi nabi dan berjuang dalam menyiarkan islam.
Ø Aisyah
binti Abu Bakar, perempuan cerdas yang memiliki ilmu pengetahuan dan telah
meriwayatkan lebih dari 1000 hadits dengan periwayatan langsung, ia juga
seorang yang ahli dalam bidang fiqih, tafsir, kedokteran, dan syair-syair.
Ø Asma’
binti Bakar, perempuan pemberani yang selalu mengantarkan makanan kepada Nabi
ketika akan hijrah
Ø Hafsah
binti Umar, Fatimah Az Zahrah, Sakinah binti Huusein merupakan perempuan
pecinta ilmu pengetahuan.
Ø Nasibah
binti Ka’ab, Aminah binti Qays Al Ghifariyah, Ummu Athiyyah Al Anshariya,
Rabi’ah binti mas’ud merupaka perempuan yang ikut berperang dengan Nabi, mereka bertugas merawat orang-orang
yang sakit, dan mengobati orang-orang yang luka.
Ø Al
Khansa’, Hindun binti ‘Atabah, Lila binti Salma, Siti Sakinah binti al Husein
merupakan perempuan yang mahir dalam bidang syair dan kesustraan.[5]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan islam mencapai masa tunas pada masa
dinasti Umaiyyah, dan dapat mencapai masa kejayaannya pada masa Dinasti
Abbasiyah, dimana kemajuan pendidikan islam meningkat setelah bani abbas
mengangkat orang-orang persia yang telah memiliki kemajuan keilmuan menjadi
pejabat-pejabat istana.
Adapun
kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan perkembangan lembaga lembaga
pendidikan Islam non formal diantaranya; kuttab, pendidikan rendah di istana,
toko-toko kitab, rumah para ulama, majelis atau salon kesusastraan, badiah
(padang pasir,dusun tempat tinggal badwi), rumah sakit, perpustakaan, masjid.
Diantara
faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah di luar masjid adalah
: Khalaqah-khalaqah (lingkaran) untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan,
berkembang luasnya ilmu pengetahuan, baik mengenai agama maupun umum maka
diperlukan semakin banyak khalaqah khalaqah (lingkaran pengajaran ) yang tidak
mungkin keseluruhan tertampung dalam ruang masjid.
Disamping
itu madrasah-madrasah lembaga pendidikan formal yang berdiri pada saat itu
diantaranya : Madrasah Nidzamiyah, Madrasah Nuruddin Zinki, dan Perguruan
Tinggi (Baitul Hikmah dan Darul Ilmi).
Pada
masa kejayaan pendidikan Islam muncullah cabang-cabang ilmu dan nama-nama
ilmuwannya diantaranya :
1.
Bidang filfasafat : Al Kindi, Al Farabi (Al Farobius), Ibnu
Sina
(Avecina), Al Ghazali, Al Kindi, Ibnu
Bajah,
Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd (Oveous).
2.
Bidang kedokteran : Jabir Bin Khayyan, Hunain Bin Ishaq,
Tabib bin Qurra, Ar Raji
3.
Bidang matematika : Muhammad Ibn Musa Al Khawarizm
4.
Bidang seni ukir : Baddar dan Tarrif.
Islam tidark membedakan antara wanita dan
laki-laki dalam pendidikan. Islam memberikan kesempatan yang sama antara
laki-laki dan perempuandalam menuntut ilmu.
Dalam
sistem pendidika islam masa klasik diadakan pemisahan antara kelas wanita dan
laki-laki. Pengajaran untuk wanita diadakan secara terpisah dengan siswa
laki-laki dan biasanya diselenggarakan di rumah – rumah. Maka dari itu,
pengajaran bagi wanita secara formal jumlahnya sangat sedikit dibandingkan
dengan pengajaran untuk siswa laki-laki.
Dengan
demikian jelaslah bahwa perempuan juga mendapatkan pendidikan dan pengajaran
sama seperti laki-laki sehingga lahirlah orang-orang yang berintelektual dari
kalangan perempuan diantaranya :
5. Khadijah
binti Khuwailid
6. Aisyah
binti Abu Bakar
7. Asma’
binti Bakar
8. Hafsah
binti Umar, Fatimah Az Zahrah, Sakinah binti Huusein merupakan perempuan
pecinta ilmu pengetahuan.
9. Nasibah
binti Ka’ab, Aminah binti Qays Al Ghifariyah, Ummu Athiyyah Al Anshariya,
Rabi’ah binti mas’ud merupaka perempuan yang ikut berperang dengan Nabi
10. Al
Khansa’, Hindun binti ‘Atabah, Lila binti Salma, Siti Sakinah binti al Husein
merupakan perempuan yang mahir dalam bidang syair dan kesustraan.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya penulis
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu berbagai saran dan kritik yang
konstruktif sangat diperlukan untuk perbaikan pada makalah-makalah selanjutnya.
[1]
Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Logos, 1999), 92-93.
[2]
Zuhraini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1992),
89-101.
[3] Lihat.http://mulyono-jojon.blogspot.com/2012/03/makalah-masa-kejayaan-pendidikan
islam.html (17
Oktober 2013).
[4]
Fatah Sykurur, Sejarah Peradaban Islam (Semarang :PT. Pustaka Rizki
Putra, 2009), hal.103-105.
[5]
Samsul Nizar, Sejaran Pendidikan Islam (Jakarta : Prenada Media Group,
2009), 215-216.