Jumat, 27 Desember 2013

KEJAYAAN PENDIDIKAN ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sesuatu yang sangat essensial bagi manusia. Melalui pendidikan manusia bisa belajar menghadapi alam sesmesta demi mempertahankan kehidupannya. Karena pentingnya pendidikan islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang penting dan tinggi dalam doktrin islam.
Adapun Masa berkembang pesatnya kebudayaan Islam, ditandai dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaanIslam. Lembaga-lembaga pendidikan, sekolah – sekolah dan universitas –universitas tersebut nampak sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk polakehidupan dan pola budaya kaum muslimin. Berbagai ilmu pengetahuan yangberkembang melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan danpengembangan berbagai macam aspek budaya kaum muslimin. Jika masa sebelumnya, pendidikan hanya sebagai jawaban terhadap tantangan dari pola budaya yang telah berkembang dari bangsa – bangsa baru yang memeluk agama Islam, akan tetapi sekarang harus merupakan jawaban terhadap tantangan perkembangan dan kemajuan kebudayaan Islam sendiri yang tumbuh sangat pesat.
Kebudayaan Islam telah berkembang demikian cepatnya sehingga menjadi unggul dan bahkan menjadi puncak kebudayaan umat manusia pada zaman itu. Kebudayaan Islam pada masa ini, bukan saja mendatangkan kesejahteraan bagi kaum muslimin, tetapi juga mendatangkan kesejahteraan bagi umat manusia pada umumnya, mendatangkan rahmatan lil’aalamin.
Oleh karena itu dengan adanya alasan diatas maka penulis mengambil judul makalah yaitu  Kejayaan Pendidikan Islam”.


B.     Rumusan Masalah
1.    Jelaskan Latar Belakang Sosial Politik Kejayaan Pendidikan Islam ?
2.    Jelaskan Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dan Berdirinya     Madrasah-madrasah ?
3.     Sebutkan Ilmuwan (Sarjana-sarajana) Pendidikan Islam ?
4.    Jelaskan Bagaimana Pendidikan Wanita Pada Masa Kejayaan Pendidikan Islam
C.    Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.    Untuk mengetahui Latar Belakang Sosial Politik Kejayaan Pendidikan Islam
2.    Untuk mengetahui Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dan Berdirinya Madrasah-madrasah
3.    Untuk Mengetahui Ilmuwan (Sarjana-sarajana) Pendidikan Islam
4.    Untuk Mengetahui bagaimana Pendidikan Wanita Pada Masa Kejayaan Pendidikan Islam
D.    Manfaat
 Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui latar belakang sosial politik kejayaan pendidikan islam, perkembangan lembaga pendidikan islan dan berdirinya madrasah-madrasah, mengetahui ilmuwan (sarjana-sarajana) pendidikan islam, dan mengetahui  pendidikan wanita.










BAB II
PEMBAHASAN/ISI

A.    Latar Belakang Sosial Politik Pendidikan Islam
Pendidikan sebagai suatu sistem, tidak bisa dipisahkan dari kondisi politik. Antara politik dan pendidikan islam terjalin hubungan erat. Berubah-ubahnya kebijaksanaan politik dapat mempengaruhi pelaksanaan  pendidikan islam.
Adapun pendidikan islam yang mencapai masa tunas pada masa Dinasti Umaiyyah, dan dapat mencapai kemajuan setelah dinasti  Bani Abbas menjatuhkan dinasti Umaiyyah. Kemajuan pendidikan islam terus meningkat setelah Bani Abbas mengambil kebijaksanaan dengan mengangkat orang-orang persia yang telah memiliki kemajuan keilmuan menjadi pejabat-pejabat istana. Orang-orang persia yang telah lama bersentuhan dengan filsafat dan ilmu pengetahuan hellenisme (sebutan untuk masa yang dianggapnya sebagai periode peralihan antara yunani kuno dan dunia kristen) mempengaruhi umat islam untuk belajar dan mengembangkan pemikiran islam. Lebih-lebih lagi disaat Bani Abbas mengendalikan aliran Mu’tazilah yang berpikiran rasiona, pendidikan islam mencapai masa keemasan. Di masa ini pemikiran islam mencapai puncak kejayaannya. Filsafat islam, ilmu penggetahuan, dan pemikiran islam maju pesat sehingga islam menjadi pusat keilmuan yang tak tertandingi di dunia dan filsafat serta ilmu pengetahuaannya menjadi kiblat dunia waktu itu.[1]
B.     Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam dan Berdirinya Madrasah
1.         Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenalsebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sebenarnya telah berkembang lembaga–lembaga pendidikan Islam yang bersifat non formal. Lembaga–lembaga ini berkembang terus dan bahkan bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bentuk – bentuk lembaga pendidikan non formal yang semakin luas. Diantara lembaga – lembaga pendidikan Islam yang bercorak non formal tersebut adalah :
a.          Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar
Kuttab atau maktab, berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Jadi katab adalah tempat belajar menulis. Diantara penduduk Mekkah yang mula – mula belajar menulis huruf arab adalah sufyan Ibnu Umayyah Ibnu Abdu Syams, dan Abu Qais Ibnu Abdi Manaf Ibnu zuhroh Ibnu Kilat. Keduanya mempelajarinya di negeri Hirah. Sewaktu agama Islam diturunkan Allah sudah ada di antara para sahabat yang pandai tulis dan membaca.ayat alquran yang pertama diturunkan adalah memerintahkan untuk membaca dan memberikan gambaran bahwa kepandaian membaca dan menulis merupakan sarana utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dalam pandangan Islam. Karena  tulis baca semakin terasa perlu maka khuttab sebagai tempat belajar tulis membaca terutama bagi anak-anak berkembang dengan pesat. Pada mulanya kuttab dilaksanakan dirumah-rumah, guru-guru yang bersangkutan dan diajarkan adalah menulis dan membaca. Kemudian pada akhir abad pertama hijriah mulai timbul jenis kuttab yang disamping memberikan pelajaran menulis dan membaca juga mengajarkan membaca alquran dan pokok-pokok ajaran agama. Selanjutnya, berkembang kuttab tersebut manjadi lembaga pandidikan dasar yang bersifat formal yang mengajarkan ilmu bacaan, hitungan, tulisan, dan tempat para remaja belajara dasar-dasar ilmu agama fiqih, hadis, dan bahasa.
b.        Pendidikan rendah di istana
Timbulnya pendidikan rendah di isatana untuk anak-anak para pejabat adalah berdasarkan pemikiran bahwa pedidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu melaksanakan tugas-tuganya kelak setelah ia dewasa. Olek karena itu mereka memanggil guru-guru khusus pad anak-anak mereka. Pendidikan di istanberbeda dengan pendidikan anak-anak di kuttab pada umumnya. Istana, orang tua yang membuat rencana pembelajaran agarselaras dengan anaknya dan tujuan yang dihendaki orang tua tercapai. Guru yang mengajar di istana disebut mu’addib, kar ena berfungsi mendidik budi pengerti dan mewariskan kecerdasan, pengetahuan-pengetahuan orang-orang terdahulu kepada anak pejabat.
c.    Toko-toko kitab
Pada permulaan daulat abbasiah, di mana ilmu pengetahuan dan kebuadayaan islam sudah tumbuh dan berkembang yang diikuti oleh penulisan kitab-kitab dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan maka berdirilah tokotoko kitab. Saudagar-saudagar buku itu bukanlah semata-semata mencari keuntungan akan tetapi kebanyakan mereka sastrawa-sastrawan yang telah memilih usaha sebagai pedagang kita agar mereka dapat kesempatan yang baik untuk membaca, menelaah dan bergaul dengan para ulama dan para pujangga. Dengan demikian toko-toko kitab berkembang fungsinya sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan ahli ilmu untuk berdiskusi, berdebat dalam berbagai masalah ilmiah. Jadi segalikus sebagi lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
d.   Rumah-rumah para ulama (ahli ilmu pengetahuan)
Walaupun sebenarnya rumah bukanlah tempat yang baik untu memberikan pelajaran namun pada zaman kejayaan perkembanga ilmu pengetahuan, kebudayaan islam banyak juga rumah para ulama di jadikan tempat belajar dan perkembangan ilmu pengetahuan di antaranya : Rumah Ibnu Sina, Algazali, Ali Ibnu Muhammad Fasihi, Ya’kub Ibnu Killis, Wazir khalifah Al Aziz dan lain-lain.
e.         Majelis atau salon kesusastraan
Majlis maksudnya adalah suatu majelis khusus yang diadakan khalifah untuk membahas macam-macan ilmu pengetahuan. Majelis ini bermula sejak khalifah al rasyidin. Pada harun alrasid (170-193 hijriyah) majlis sastra ini mengalami kemajuan yang luar bisaa karena khalifah sendiri adalah ahli ilmu pengetahuan dan juga mempunyai kecerdasan sehingga khalifah aktif didalamnya. Di samping itu pada masa tersebut dunia islam diwarnai oleh perkembangan ilmu pengetahuan. Pada masanya sering di adakan pelombaan antar ahli-ahli syair, perdebatan antar fuqaha, dan diskusi diantara para sarjana berbagi macan ilmu pengetahuan, juga diad akan sayembara diantara ahli kesenian dan pujangga.
f.          Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badwi).
Di badiah-badiah tempat tinggal orang-orang arab dipadang mereka, tetap memperthankan keaslian, kemurnian bahasa arab. oleh karena itu khalifah mengirim anak-anaknya ke badiah-badiah untuk mempelajari bahasa arab yang fasih lagi murni dan syair-syair dari sumbernya yang asli. Banyak ulama dan ahli ilmu pengetahuan lainnya yang pergi ke badiah-badiah denga tujuan untuk mempelajari bahasa dan kesusastraan arab yang asli dan murni diantaranya:
1. Al Khalid Bin Ahmad (160 H) dia pergi kebadiah Hijaz, najd, dan tihamah.
2.  Bajar Bin Burd (167 H) ia belajar kepada 80 orang Syekh di Banil Aqil.
3. Al Kasai (182 H) ia belajar di badiah dan menghabiskan 15 botol tinta untuk menulis tentang  arab
4.  Imam Syafi’i (204 H) ia belajar di hudzail selama 17 tahun.
Badiah-badiah tersebut lalu menjadi sumber ilmu pengetahuan dan berfungsi sebagai lembaga pendidikan islam.
g.    Rumah Sakit.
     Rumah sakit bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan dengan perawatan dan pengobatan. Mereka mengadakan berbagai penelitian dan percobaan dalam bidang kedokteran dan obat-obatan sehingga berkembang dalam kedokteran dan farmasi. Dengan demikian rumah sakit dalam dunia islam juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan.
h.      Perpustakaan
Buku merupakan sumber informasi berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada dan telah dikembangkan oleh para ahlinya. Buku adalah sarana utama dalam usaha pengembangan dan penyebaran ilmu pengetahuan. Berkembangnya perpustakaan yang sifatnya umum yang diselenggarakan oleh pemerintah atau merupakan wakap dari para ulama dan sarjana. Perpustakaan-perpustakaan pada masa jayanya dunia islam menjadi aspek budaya yang penting dan sekaligus sebagai tempat belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan.:
i.    Masjid
     Semenjak berdirinya di zaman Nabi Muham mad masjid telah menjadi pusat kegiatan dan informasi berbagai masalah kehidupan kaum muslimin, masjid menjadi tempat musyawarah, mengadili perkara, menyampaikan penerangan agama, dan tempat menyelenggarakan pendidikan. Kemudian pada masa khalifah umayyah berkembang fungsinya menjadi tempat pengembangan ilmu pengetahuan, terutama yang bersifat keagamaan. Pada masa bani Abbas dan masa perkembangan kebudayaan islam, masjid-masjid yang didirikan oleh para pengusaha dilengkapi dengan sarana dan fasilitas pendidikan fungsinya tempat pendidikan anak-anak, tempat mengaji dari ulama-ulama tempat diskusi dan munazarah dalam berbagai ilmu pengetahuan dan dilengkapi dengan perpustakaan. Demikianlah masjid selalu fungsi utamanya sebagai tempat komunikasi dengan tuhan juga sebagai lembaga pendidikan islam.


2.         Faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah di luar masjid sehingga memunculkan Berdirinya Madrasah
Sebenarnya timbulnya lembaga pendidikan formal dalam bentuk sekolah-sekolah dalam dunia islam, adalah merupakan pengembangan semata-mata dari sistem pengajaran dan pendidikan yang telah berlangsung di masjid-masjid, yang sejak awal telah berkembang dan dilengkapi dengan sarana-sarana untuk memperlancar pendidikan dan pengajaran di dalamnya.
Adapun diantara faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah di luar masjid adalah bahwa :
Ø  Khalaqah-khalaqah (lingkaran) untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan. Yang didalamnya juga terjadi diskusi dan perdebatan yang ramai, sering satu sama lain saling mengganggu, di samping mengganggu, orang-orang yang beribadah dalam masjid. Keadaan demikian mendorong untuk dipindahkannya khalaqah-khalaqoh tersebut keluar lingkaran masjid dan didirikan bangunan-bangunan sebagai ruang-ruang kuliah atau kelas-kelas tersendiri.dengan demikian kegiatan pengajaran dari khalaqoh-khalaqoh tidak saling mengganggu satu sama lain.
Ø  Dengan berkembang luasnya ilmu pengetahuan, baik mengenai agama maupun umum maka diperlukan semakin banyak khalaqah khalaqah (lingkaran pengajaran ),yang tidak mungkin keseluruhan tertampung dalam ruang masjid. Di samping itu terdapat faktor-faktor lainnya, yang mendorong bagi para penguasa dan pemegang pemerintahan pada masa itu untuk mendirikan sekolah-sekolah sebagai bangunan yang terpisah dari masjid antara lain:
a)  Pada masa Turki mulai berpengaruh dalam pemrintahan bani abbasiyah, dan untuk memprtahankan kedudukan mereka dan pemerintahan, mereka berusaha menarik hatikaum muslimin pada umumnya dengan jalan memperhatikan pendidikan dan pengajaran bagi rakyat umum.
b) Mereka mendirikan sekolah-sekolah diberbagai tempat dan dilengkapi dengan segala sarana dan fasilitas yang diperlukan. Mereka mendirikannya disamping dengan harapan untuk mendapatkan simpati dari umumnya dan juga berharap mendapat ampunan pahala dari tuhan.
c) Para pembesar Negara pada masa itu dengan kekuasaannya telah berhasil mengumpulkan harta kekayaan yang banyak. Mereka kuatir kalau nantinya kekayaan tersebut tidak bisa diwariskan kepada anak-anaknya kaerna diambil oleh sultan, anak-anak mereka hidup terlantar dan hidup dalam kemiskinan. Di samping itu, didirikannya madrasah-madrasah tersebut ada hubungannya dengan usaha untuk mempertahankan dan mengembangakan aliran keagamaan dari para  pembesar Negara yang bersangkutan. Dalam mendirikan sekolah ini, mereka mempersyaratkan harus diajarkan aliran agama tertentu, dan dengan demikian aliran keagamaan tersebut akan berkembanga dalam masyarakat. Adapun lembaga pendidikan formal :
a. Madrasah Nizamiah
didirikan oleh Nizam Al Mulk, perdana menteri saljuk pada madrasah besar, diantaranya Baghdad, Balkh, Naidabur, Harat, Asfahan, Basran, Marw, dan Masul. Tetapi madrasah Nizamiah Baghdad adalah madrasah terbesar dan terpenting. Tujuan Nizam Al Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu adalah memperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan madzhab keagamaan pemerintahan. Guru-guru madrasah ini  diantaranya Abu Ishaq As Syiraji (guru tetap), Abu Nasr As Sabagh, Abu Qasim Al’alawi, Abu Abdullah Al-thabari, Abu Hamid Al Ghazali, Radliyudin Al Kazwaeni dan Al Fairuz Abadi. Rencana pengajaran adalah ilmu syari’ah dan ilmu fiqh dalam 4 madzhab.[2]

b.        Madrasah nuruddin zinki
didirikan oleh nuruddin zinki di damaskus. Madrasah yang didirikan yaitu madrasah An Nuriyah Al Qubra di Damaskus (563 H). Gedung madrasah terdiri dari diwan (aula tempat kuliah), masjid, tempat istirahat untuk guru, asrama, tempat tinggal pesuruh madrasah, kamar kecil dan lapangan. Ilmu-ilmu yang di ajarkan yaitu ilmu al qur’an, syari’ah, bahasa arab, kedokteran, dan ilmu pasti.
c.       Perguruan Tinggi
Ø  Baitul Hikmah di Baghdad, didirikan pada masa harun Al-Rasyid (170-193 H). kemudian di perbesar oleh khalifah Al-ma’mun (198-218). Pada Baitul Hikmah bukan saja di ajarkan ilmu-ilmu agama islam, tetapi juga ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu alam, kimia, falaq, dan lain-lain. Guru besar Baitul Hikmah adalah salam, yang menguraikan teori-teori ilmu pasti dalam al Maj’sthi (almageste) kitab karangan bathlimus (ptolemee). Kemudian guru besar al khawarizmi, ahli ilmu pasti, ahli falaq, dan pencipta ilmu aljabar. Guru besar Muhammad bin musa bin syakir, seorang ahli ilmu ukur, ilmu bintangdan falaq. Di Baitul Hikmah dikumpulkan buku-buku ilmu pengetahuan dalam bermacam-macam bahasaseperti bahasa Arab, Yunani, Suryani, Persia, India, dan Qibtia.
Ø  Darul Ilmi di Kairo. Didirikan oleh al Hakim Biamrillah Al Fathimi dipinggir sungai nil untuk menyaingi Baitul Hikmah di Baghdad.ilmu yang di ajarkan diantaranya: ilmu agama, falaq, kedokteran, dan berhitung.[3]
C.    Ilmuwan (sarjana-sarjana) Pendidikan Islam
Zaman keemasan atau kejayaan pendidikan islam terjadi pada masa dinasti Abbasiyah, karena dalam masa tersebut berbagai ilmu pengetahuan telah matang, pertumbuhannya telah sempurna. Adapun nama-nama para ilmuwan diantaranya adalah sebagai berikut :
Ø  Para ilmuwan bidang ilmu filsafat
a.       Al Kindi (194-260 H/ 809-875 M), buku karangannya sebanyak 236 judul
b.      Al Farabi (Al Farobius) wafat tahun 390 H/ 916 M), karangannya yang masih ada tinggal 12 judul
c.       Ibnu Bajah (wafat tahun 523 H)
d.      Ibnu Tufail (wafat tahun 581 H)
e.       Ibnu Sina (370-428 H/ 980-1037 M) orang eropa menyebutnya Avicena. Disamping seorang filosof dia juga seorang ahli musik. Diantaranya karangannya yang terkenal yaitu : Najat, Qonun, Al Qonun fi ath-Thib, Shafa 18 jilid, Sadidiya 5 jilid, Danas Nameh, Majmul Hikmah 10 jilid.
f.       Al Ghazali (450-50 H/ 1058-1101 M), ia digelari sebagai hujjatul islam, buku karangannya berjumlah 30 judul, karangannya diantaranya adalah : Tafsir Urjuza, Al Wajiz, Mahkun Nazar, Miyazul Ilmi, Maqasidul Falasafiyah.
g.      Ibnu Rusyd (520-595 H/ 1126-1198 M), di barat namanya dikenal Oveous, buku karangannya yang dikenal diantaranya adalah : Mabadiul Falasafiyah, Kulliyat, Kasful Afillah, Kitab dogma-dogma lainnya.
Ø  Bidang Kedokteran
a.    Jabir Ibnu Hayyan (wafat tahun 161 H/ 778 M), Sebagai Bapak Ilmu Kimia
b.    Husai bin Ishaq (194-264 H/ 836-901 M), ahli mata yang terkenal
c.     Tabib Ibn Qurra (221-228 H/ 836-901 M)
d.    Ar Raji (251-313 H/ 809-873 M).
Ø  Bidang Matematika
Para ahli ilmu bidang matematika salah satunya adalah Al Khawarizmi, penemu angka nol. Muhammad Ibn Musa Al Khawarizmi adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari persia. Lahir sekitar tahun 780 di khawarizm (sekarang khiva, uzbekistan) dan wafat sekitar tahun 850. Hampir sepanjang hidupnya, ia bekerja sebagai dosen di sekolah kehormatan di Baghdad. Buku pertamanya adalah Al Jabar, sehinnga ia dijuluki Bapak Aljabar.
Ø  Bidang seni ukir
Beberapa seniman seni ukir terkenal antara lain Badr dan Tarrif. Dalam bidang ini umat islam cukup terkenal dengan hasil seninya pada botol tinta, papan catur, payung, vas, burung-burungan, pohon-pohonan. [4]
D.    Pendidikan Wanita
            Sebenarnya islam tidark membedakan antara wanita dan laki-laki dalam pendidikan. Islam memberikan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuandalam menuntut ilmu.
            Dalam sistem pendidika islam masa klasik diadakan pemisahan antara kelas wanita dan laki-laki. Pengajaran untuk wanita diadakan secara terpisah dengan siswa laki-laki dan biasanya diselenggarakan di rumah – rumah. Maka dari itu, pengajaran bagi wanita secara formal jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan pengajaran untuk siswa laki-laki.
            Amad Syalabi tidak mengingkari adanya pengajaran untuk wanita dan anak-anak perempuan. Namun, ia menolak adanya pengajaran anak-anak perempuan secara terbuka dan terlibat langsung dengan murid laki-laki. Menurutnya bahwa wanita biasanya menerima pelajaran di rumah dari salah seorang anggota keluarga atau dari seorang guru yang khusus didatangkan untuk mereka. Bagaimanapun juga, pendidikan secara pribadi itu telah berhasil melahirkan perempuan-perempuan islam, yang kecerdasan mereka tidak jauh berbeda dengan kecerdasan laki-laki.
            Dengan demikian jelaslah bahwa pperempuan juga mendapatkan pendidikan dan pengajaran sama seperti laki-laki sehingga lahirlah orang-orang yang berintelektual dari kalangan perempuan diantaranya :
Ø  Khadijah binti Khuwailid, seorang ummul mukminin dan saudagar terdidik yang selalu mendampingi nabi dan berjuang dalam menyiarkan islam.
Ø  Aisyah binti Abu Bakar, perempuan cerdas yang memiliki ilmu pengetahuan dan telah meriwayatkan lebih dari 1000 hadits dengan periwayatan langsung, ia juga seorang yang ahli dalam bidang fiqih, tafsir, kedokteran, dan syair-syair.
Ø  Asma’ binti Bakar, perempuan pemberani yang selalu mengantarkan makanan kepada Nabi ketika akan hijrah
Ø  Hafsah binti Umar, Fatimah Az Zahrah, Sakinah binti Huusein merupakan perempuan pecinta ilmu pengetahuan.
Ø  Nasibah binti Ka’ab, Aminah binti Qays Al Ghifariyah, Ummu Athiyyah Al Anshariya, Rabi’ah binti mas’ud merupaka perempuan yang ikut berperang dengan  Nabi, mereka bertugas merawat orang-orang yang sakit, dan mengobati orang-orang yang luka.
Ø  Al Khansa’, Hindun binti ‘Atabah, Lila binti Salma, Siti Sakinah binti al Husein merupakan perempuan yang mahir dalam bidang syair dan kesustraan.[5]







  BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendidikan islam mencapai masa tunas pada masa dinasti Umaiyyah, dan dapat mencapai masa kejayaannya pada masa Dinasti Abbasiyah, dimana kemajuan pendidikan islam meningkat setelah bani abbas mengangkat orang-orang persia yang telah memiliki kemajuan keilmuan menjadi pejabat-pejabat istana.
Adapun kejayaan pendidikan Islam dimulai dengan perkembangan lembaga lembaga pendidikan Islam non formal diantaranya; kuttab, pendidikan rendah di istana, toko-toko kitab, rumah para ulama, majelis atau salon kesusastraan, badiah (padang pasir,dusun tempat tinggal badwi), rumah sakit, perpustakaan, masjid.
Diantara faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah di luar masjid adalah : Khalaqah-khalaqah (lingkaran) untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, berkembang luasnya ilmu pengetahuan, baik mengenai agama maupun umum maka diperlukan semakin banyak khalaqah khalaqah (lingkaran pengajaran ) yang tidak mungkin keseluruhan tertampung dalam ruang masjid.
Disamping itu madrasah-madrasah lembaga pendidikan formal yang berdiri pada saat itu diantaranya : Madrasah Nidzamiyah, Madrasah Nuruddin Zinki, dan Perguruan Tinggi (Baitul Hikmah dan Darul Ilmi).
Pada masa kejayaan pendidikan Islam muncullah cabang-cabang ilmu dan nama-nama ilmuwannya diantaranya :
1.         Bidang filfasafat              : Al Kindi, Al Farabi (Al Farobius), Ibnu    
                                          Sina (Avecina), Al Ghazali, Al Kindi, Ibnu
                                          Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd (Oveous).
2.         Bidang kedokteran          : Jabir Bin Khayyan, Hunain Bin Ishaq,  
                                           Tabib bin Qurra, Ar Raji
3.         Bidang matematika          : Muhammad Ibn Musa Al Khawarizm
4.         Bidang seni ukir               : Baddar dan Tarrif.
             Islam tidark membedakan antara wanita dan laki-laki dalam pendidikan. Islam memberikan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuandalam menuntut ilmu.
                        Dalam sistem pendidika islam masa klasik diadakan pemisahan antara kelas wanita dan laki-laki. Pengajaran untuk wanita diadakan secara terpisah dengan siswa laki-laki dan biasanya diselenggarakan di rumah – rumah. Maka dari itu, pengajaran bagi wanita secara formal jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan pengajaran untuk siswa laki-laki.
                        Dengan demikian jelaslah bahwa perempuan juga mendapatkan pendidikan dan pengajaran sama seperti laki-laki sehingga lahirlah orang-orang yang berintelektual dari kalangan perempuan diantaranya :
5.    Khadijah binti Khuwailid
6.    Aisyah binti Abu Bakar
7.    Asma’ binti Bakar
8.    Hafsah binti Umar, Fatimah Az Zahrah, Sakinah binti Huusein merupakan perempuan pecinta ilmu pengetahuan.
9.    Nasibah binti Ka’ab, Aminah binti Qays Al Ghifariyah, Ummu Athiyyah Al Anshariya, Rabi’ah binti mas’ud merupaka perempuan yang ikut berperang dengan  Nabi
10.     Al Khansa’, Hindun binti ‘Atabah, Lila binti Salma, Siti Sakinah binti al Husein merupakan perempuan yang mahir dalam bidang syair dan kesustraan.
B.     Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya penulis tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu berbagai saran dan kritik yang konstruktif sangat diperlukan untuk perbaikan pada makalah-makalah selanjutnya.

                                                                                                                      


[1] Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam  (Jakarta : Logos, 1999), 92-93.
[2] Zuhraini, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1992), 89-101.
[4] Fatah Sykurur, Sejarah Peradaban Islam (Semarang :PT. Pustaka Rizki Putra, 2009), hal.103-105.
[5] Samsul Nizar, Sejaran Pendidikan Islam (Jakarta : Prenada Media Group, 2009), 215-216.